Follow @arahdotcom
She - Hingga satu dasarian di bulan Februari 2020, korban terinfeksi akibat virus corona di China telah menembus angka 1000 jiwa. Angka tersebut lebih banyak dari wabah SARS di awal tahun 2000-an.
Dampak virus corona ternyata tidak hanya dirasakan terkait kesehatan manusia tapi juga perekonomian bangsa.
World Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi China akan turun sekitar 1-2 %, bahkan ada yang memprediksi hingga 3%. Selama virus corona masih ada di dalam (China), belum bisa diprediksi apa yang dapat terjadi.
Sebagai mitra dagang China, penurunan ekonomi negara tersebut tentu saja memengaruhi perekonomian Indonesia. Menurut Direktur Pelaksana Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan Bank Dunia, Mari Elka Pangestu, setiap 1% penurunan ekonomi China menyebabkan penurunan ekonomi Indonesia sebesar 0,3%. Angka tersebut diperoleh berdasarkan hasil analisis makro ekonomi.
Kondisi saat ini mirip dengan krisis ekonomi global di tahun 2008 silam.
Baca Juga: Jokowi: Indonesia-Australia Harus Kompak Bak Avengers di End Game
Dubes China: Tak Perlu Setop Perdagangan Karena Virus Corona
“Beruntung Indonesia memiliki pasar dalam negeri yang besar. Sektor domestik inilah yang harus diperkuat selama ekonomi China dihantam virus corona,” kata Mari Elka di Istana Kepresidenan Bogor, Selasa (11/02/20) dilansir dari finance.detik.com.
Menurut Mari Elka, diperlukan langkah konkret untuk mengamankan daya beli masyarakat Indonesia melalui kebijakan-kebijakan pemerintah yang pro-rakyat. Diharapkan dengan begitu daya beli dan tingkat konsumsi dalam negeri dapat bertumbuh meski ekspor dan investasi asing melemah.